Beranda

Rabu, 05 Januari 2011

Selamat Datang Di Blogger Yanu Ariyanto, S.Kom

“The World is Flat”, itulah yang dikatakan Thomas L. Friedman, bahwa karena struktur jejaring informasi teknologi lewat komputer melalui serat optik yang ditanam di dasar laut, kita bisa saling berhubungan secara horizontal lewat internet. Bahkan tidak jarang, melalui cara ini, berbagai informasi yang seharusnya bukan merupakan konsumsi publik tersebar secara luas. Beberapa diantaranya adalah pembajakan hak cipta yang saat ini tak tertanggulangi lagi.”

Di belahan bumi manapun, fenomena pembajakan demikian menjamurnya. di negara kita sendiri, orang seperti sudah terbiasa dengan barang-barang aspal alias bajakan. Mulai dari benda-benda sepele sampai hal-hal yang berbau teknologi. Negara adidaya seperti Amerika yang dikenal akan kecanggihan sistem komputernya pun ternyata belum memiliki solusi terbaik untuk mengatasi masalah pembajakan melalui dunia maya.
Dunia maya atau virtual world memang sebuah dunia yang dapat dimasuki oleh siapapun dan dari pelosok bumi manapun dengan bebasnya. Sehingga arus informasi yang ada pun tidak terbatas pada jual-beli barang-barang second hand, tapi juga meluas hingga menyangkut hasil karya orang lain.
Hingga kini, di Indonesia sendiri belum ada undang-undang yang mengatur penggunaan jaringan optik ini secara pasti, hingga secara tidak langsung kita diperbolehkan untuk mengakses secara bebas, baik informasi yang memang penting ataupun situs-situs ‘sampah’.
Bisa jadi melalui sarana inilah, pembajakan software berawal. Pembajakan sendiri sebenarnya merupakan isu yang tak asing bagi para pakar ekonomi. Dengan adanya pembajakan sejumlah uang yang seharusnya diterima sebagai income oleh sebuah perusahaan melayang ke tangan manusia-manusia canggih yang menyalahgunakan keahlian otaknya.
Dilema ini sebenarnya telah lama dirasakan oleh para ahli pencipta teknologi, seperti makan buah simalakama, para ahli teknologi terutama komputer berada di antara dua hal yang harus mereka hadapi saat menciptakan teknologi baru. Di satu sisi, itu adalah tugas mereka untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam peradaban manusia. Namun di sisi lain, para ahli teknologi ini dihadapkan dengan terenggutnya hak cipta mereka atas lahirnya inovasi baru ini.
Kita sebut saja komputer, dahulu orang menciptakan komputer untuk mempermudah kerja manusia. Membantu dalam hal tulis-menulis, membuat gambar, dsb. Namun sekarang komputer digunakan untuk menyalin dokumen orang lain untuk kemudian kita akui sebagai hasil karya kita. Sama halnya dengan penciptaan software. Kecanggihan software yang satu digunakan untuk memindah secara ilegal 3software yang lain.
Sebagai pemilik institusi yang pertama kali menciptakan sebuah software, tentunya ingin meraup keuntungan dari penjualan produknya di pasaran. Namun, jika anda di tempatkan pada posisi konsumen pengguna software  tersebut, mana yang akan anda pilih? Dua barang serupa namun berbeda harga. Sebagai konsumen kita juga ingin menikmati keuntungan, yakni keuntungan dari uang yang kita sisihkan. Mungkin ketika hendak membeli orang akan berpikir dua kali untuk membeli barang asli dengan harga yang jauh lebih mahal, toh manfaat yang mereka peroleh sama!, bahkan kadang lebih menguntungkan jika membeli yang palsu karena harganya lebih murah.
Berbagai kampanye anti pembajakan pun tak memperoleh hasil yang signifikan dalam mengubah cara pandang orang tentang keaslian suatu barang.
Mungkin salah satu caranya adalah dengan memberikan perlindungan hak paten pada si penemu teknologi tersebut. Namun ternyata hal ini tidak berjalan mulus begitu saja. Biaya yang harus dikeluarkan seseorang atau sebuah perusahaan untuk mempatenkan produksinya adalah sebuah masalah baru yang muncul. Jika biaya untuk mempatenkan tinggi, secara tidak langsung harga per unit barang tersebut pun akan tinggi dan jika harga barang mahal, orang lebih memilih cara lain yaitu membajak. Hal ini seolah menjadi siklus yang tak berkesudahan. Mungkin anda bisa memikirkan alternatif pemecahan masalah ini dari sudut edukasi. Meskipun cara pastinya belum ditemukan.
Sementara jika sejenak kita mengingat kenangan dunia teknologi di awal milenium lalu, komputer menjadi sebuah benda yang benar-benar menyibukkan saat itu. Istilah “Millenium Bugs” atau Y2K menjadi istilah baru dalam kamus kita.
Dahulu, komputer diciptakan dengan sederhana dan hanya menggunakan dua digit kode tahun, misalnya untuk tahun 1987, hanya ditulis 87. Memasuki tahun 2000, artinya kode ini akan tertulis 00 dan tak ada bedanya dengan tahun 1900. Jika hal ini dibiarkan, kekacauan besar akan terjadi. Seluruh sistem komputer di dunia akan rusak, datanya tidak lagi akurat. Dan in menyangkut keseluruhan aspek hidup manusia yang terkait dengan komputer, seperti penerbangan, data statistik kependudukan, dsb. Akhirnya para ahli sepakat saat itu untuk merombak kode lama dan menggantinya dengan kode yang baru.
Masyarakat umum menganggap ini sebagai sebuah fenomena besar yang melanda dunia. Namun ternyata setelah malam tahun baru terlewati, tidak ada perubahan mendadak atau menyeluruh seperti yang sebelumnya diberitakan di berbagai media. Masyarakat kemudian mengkambinghitamkan media dalam phobia ini. Publik menuduh media telah membesar-besarkan masalah Y2K ini.
Pengaruh media memang luar biasa, sama seperti yang terjadi dalam peristiwa ‘invasion from mars’. Media diakui memiliki peranan yang besar sekali dalam kehidupan manusia.

Kontribusi Positif Komputer
Beralih dari beraneka ragam masalah mengenai penggunaan komputer dan teknologi, komputer juga memiliki banyak sisi positif yang telah banyak membantu manusia sepanjang peradabannya. Sisi positif ini bernama artificial intelegence atau kecerdasan buatan. Yaitu sistem yang sengaja diciptakan untuk memiliki kemampuan yang dimiliki manusia dalam berpikir.
Natural Language Processing mempermudah kita saat ingin memberi perintah pada komputer, cukup meng-klik simbol-simbol atau ikon pada komputer tanpa perlu mengetik banyak kata.
Speech Recognition adalah fasilitas yang menggunakan sensor suara sebagai input, untuk memerintahkan komputer kita cukup mengucapkan satu kata saja dan komputer akan menjawab anda dengan suara juga. Fasilitas ini sangat mendukung untuk pengguna tunanetra yang tidak bisa melihat tampilan komputer.
Expert Systems merupakan sistem komputer yang dapat digunakan untuk membantu para ahli. Jika kita memberikan pertanyaan pada komputer, komputer akan menjawab dari sejumlah data yang dimilikinya, data ini merupakan simpanan data yang sebelumnya telah disimpan oleh orang-orang yang terlebih dulu menggunakan komputer ini.
Sistem ini memberi beberapa manfaat bagi manusia, karena sistem ini bisa memenuhi kekosongan informasi, membantu bidang-bidang yang masih kekurangan tenaga ahlinya, menyimpan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang meskipun ia sudah meninggal.
Tetapi, sistem ini juga memiliki keterbatasan dalam hal jumlah informasi yang mampu disimpan, sistem kebijakan pemerintah, dll. Selain itu, mesin bisa saja menghasilkan kesalahan, dan kesalahan yang dilakukan pada sistem ini akan berakibat fatal karena sistem ini digunakan oleh para ahli. Oleh karena itu, sistem yang ahli ini juga harus didampingi dengan seorang yang ahli pula.
Computer Vision adalah sarana di mana kita bisa menganalisa gambar dari kamera dalam komputer. Objek bisa diidentifikasi melalui pencocokan template atau dengan menerapkan cara-cara lain.

Memanusiakan Hasil Teknologi
Berbagai jenis teknologi juga telah menciptakan robot yang begerak tanpa campur tangan manusia alias secara otomatis. Sebagian kalangan menilai ini sebagai hal yang mengkhawatirkan karena keberadaan robot akan menggantikan posisi kerja manusia, sehingga akan tercipta pengangguran dalam jumlah yang besar.
Selain itu, kekhawatiran muncul karena orang-orang berpikir akan ada perebutan bumi antara manusia dan robot seperti yang ada dalam film-film fiksi luar negeri.
Namun, sebagian orang yang berada di pihak pendukung mengatakan bahwa bagaimanapun robot hanyalah robot, alat yang manusia ciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Selain itu, kita lihat banyak sekali sisi kehidupan yang membutuhkan keberadaan robot-robot, dunia pengobatan dan teknis misalnya.
Bagaimanapun harus ada batas yang jelas antara penggunaan yang konstruktif dan destruktif, dan manusia hendaknya bisa memilah mana yang baik untuk dikembangkan dan mana yang buruk untuk ditinggalkan. Nah, jika teknologi ada di tangan anda, mana yang anda pilih?

Dikutip dari http://www.waena.org